A. ASAL
USUL
Terpena merupakan suatu
golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama
terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada tumbuhan, senyawa-senyawa
golongan terpena dan modifikasinya, terpenoid, merupakan metabolit
sekunder. Terpena dan terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama
serangga dan beberapa hewan laut. Di samping sebagai metabolit sekunder,
terpena merupakan kerangka penyusun sejumlah senyawa penting bagi makhluk
hidup. Sebagai contoh, senyawa-senyawa steroid adalah turunan skualena, suatu
triterpena; juga karoten dan retinol. Nama "terpena" (terpene) diambil dari produk getah
tusam, terpentin (turpentine).
Terpen mendapatkan
tempat tersediri dalam kimia organik-Cepatnya asetibilitas mereka, kelimpahan, mudahnya mereka diisolasi.
relatif sederhana komposisi mereka dan mudahnya dikenal serta transformasi yang
sangat menarik menyebabkan senyawa terpen merupakan objek yang sangat disukai
oleh pakar kimia organik. Pada akhir abad 1800 muncul banyak pakar terkenal
dalam bidang organik senyawa terpenoid seperti: Wallach, Perkin, Tiemann,
Baeyer, Bredt," Meerwein, Triebs, Ruzicha, Barfon, Jones dan masih banyak
lagi. pada awal tahun 1900-an penelitian difokuskan pada pengungkapan struktur
senyawa terpen yang umum, berikut penemuan-penemuan baru, kemudian mempelajari
secara mendalam stereokimia, reaksi, tata ulang dan biosintesis dari
senyawa-senyawa yang sangat menarik. Senyawa terpenoid yang meliputi kimia
steroid dan karotenoid sekarang merupakan bagian utama dalam bidang kimia
organik dan kimia organik bahan alam.
Terpenoid adalah senyawa yang hanya
mengandung karbon dan hidrogen, atau karbon, hidrogen dan oksigen yang bersifat
aromatis, sebagian terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya merupakan
kelipatan lima. Penyelidikan kimia selanjutnya menunjukan pula bahwa sebagian
terpenoid mempunyai kerangka karbon yang di bangun oleh dua atom atau lebih
unit C5 yang disebut isopren, unit unit isopren biasanya saling berkaitan
dengan teratur, dimana “kepala” dari unit satu berkaitan dengan “ekor” unit
yang lain, kepala adalah merupakan ujung terdekat kecabang metil dan ekor
merupakan ujung yang lain seperti yang ditunjukan pada gambar berikut:
kepala CH3 ekor
CH2 = C – CH = CH2
Susunan
kepala-ke-ekor ini disebut kaidah isopren. Kaidah ini merupakan ciri khas dari
sebagian terpenoid sehingga dapat dijadikan dasar penetapan terpenoid, sehingga
dapat digunakan sebagai dasar penetapan struktur terpenoid (Achmad, 1986,
hal.4)
B.
Klasifikasi dan Fungsi Terpenoid
Senyawa terpenoid dapat
diklasifikasikan berdasarkan jumlah unit isopren yang menyusunnya seperti yang
tercantum pada tabel 1
Tabel 1. Klasifikasi terpenoid berdasarkan
jumlah unit isopren
1.
Monoterpenoid
Monoterpenoid
merupakan senyawa terpenoid yang paling sederhana, terbentuk dari dua unit
isopren dan merupakan dua komponen minyak atsiri yang berupa cairan tak
berwarna, tidak larut dalam air, mudah menguap dan berbau harum (Robinson, hal.
140). Monoterpenoid dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu asiklik,
monosiklik dan bisiklik. Contoh asiklik adalah geraniol, linalool, yang
termasuk monosiklik seperti terpinol, limonena, yang termasuk bisiklik seperti
α pinena, dan kamfor.
2.
Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid merupakan senyawa
yang mengandung atom C15, biasanya di anggap berasal dari tiga satuan isopren.
Sama seperti monoterpenoid, seskui terpenoid terdapat sebagai komponen minyak
astiri, berperan penting dalam memberi aroma pada buah dan bunga.
Seskuiterpenoid asiklik terpenting adalah farnesol (gambar 3). Beberapa
seskuiterpenoid lakton berdaya racun dan merupakan kandungan tumbuhan obat yang
sudah banyak digunakan. Sekuiterpenoid ini juga berfungsi sebagai penolak
serangga, insektisida, membantu pertumbuhan tumbuhan dan dapat berkerja sebagai
fungisida (robinson, 1995, hal. 147). Contoh senyawa seskuiterpenoid adalah
farnesol, γ-bisabolena, dan santonin.
3. Diterpenoid
Diterpenoid
merupakan senyawa yang mengandung atom C20 yang berasal dari empat satuan
isopren. Karena titik didihnya tinggi, biasanya diterpenoid tidak ditemukan
dalam minyak atsiri tumbuhan, kebanyakan penyebarannya sangat terbatas. Barang
kali satu-satunya diterpen yang tersebar luas adalah senyawa induk asiklik
yaitu fitol (gambar 4) yang terdapat dalam bentuk ester dalam molekul klorofil.
Banyak diterfen siklik dapat dianggap berasal dari fitol dengan pembentukan
cincin (Harborne, 1987, hal. 142)
fitol
Senyawa
terpenoid banyak yang berfungsi sebagai fungisida, racun terhadap serangga, ada
juga senyawa diterpenoid yang berkerja sebagai obat anti tumor karena efek
sitotoksiknya dan ada yang mempunyai aktifitas antivirus (Robinson, 1995, hal. 153).
4. Triterterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa
yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isopren dan secara biosintesis
diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yang disebut skualen. Triterpenoid
berupa senyawa tak berwarna, bernetuk kristal, biasanya bertitik leleh tinggi
(harborne, 1987, hal.147)
Senyawa triterpenoid dapat dikelompokan menjadi triterpenoid
trisiklik, tetrasiklik dan pentasiklik. Triterpenoid tetrasiklik menarik
perhatian karena berkaitan dengan biosintesa steroid, contohnya adalah
lanosterol. Triterpenoid pentasiklik merupakan triterpenoid yang paling penting
dan tersebar luas, contohnya α-amirin dan β-amirin (gambar 5) senyawa
triterpenoid umumnya ditemukan pada tumbuhan berbiji dan hewan (Robinson, 1995,
hal. 153)
Beberapa triterpenoid menunjukan aktivitas fisiologi dan senyawa
ini merupakan komponen aktif dalam tumbuhan obat yang telah digunakan untuk
penyakit termasuk diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit,
kerusakan hati, dan malaria (Robinson, 1995, hal 154).
5. Tetra
terpenoid
Tetraterpenoid merupakan kelompok terpenoid yang disusun oleh
delapan unit isopren (C40). Tetraterpenoid yang paling dikenal adalah
karotenoid contohnya adalah β-karoten. Karotenoid merupakan golongan figmen
yang larut dalam lemak berwarna kuning sampai merah, terdapat pada semua
tumbuhan dan dalam berbagai jaringan. Senyawa tetraterpenoid dapat berupa
senyawa asiklik, monosiklik atau bisiklik
(Robinson, 1995, hal 163) senyawa asiklik dapat di gambarkan dengan kerangka
sebagai berikut:
C.
Biosintesa terpenoid
Pada tahun 1959, J.W
Cornforth menemukan dua bentuk isopren yang aktif yaitu isopentenil pirofosfat
(IPP) dan dimetilalil pirofosfat (DMAPP). Kedua isopren ini harus ada untuk
keperluan sintesa terpenoid oleh organisme. Penyelidikan selanjutnya menunjukan
bahwa IPP dan DMAPP berasal dari asam mevalonat. Kemudian diketahui pula bahwa
satu-satunya sumber karbon bagi asam mevalonat, IPP dan DMAPP adalah asam
asetat (Achmad, 1986,hal. 6) .
D.
Identifikasi terpenoid
Untuk mengetahui adanya
senyawa terpenoid dalam suatu sampel dapat digunakan pereaksi
lieberman-burchard (anhidrida asam asetat dan H2SO4 pekat) senyawa terpenoid
akan menunjukan warna merah sampai ungu jika direaksikan dengan pereaksi
liebermann-burchard (Aliunir, 2000, Hal 25)
E. Isolasi terpenoid dari bahan alam
Untuk penarikan komponen-komponen kimia dari suatu bahan alam dapat
dilakukan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang cocok sehingga komponen
kimia yang diinginkan akan tertarik oleh pelarut, ada beberapa metode ekstraksi
yang umum yang digunakan antara lain: maserasi, perkolasi, sokletasi. Pemilihan
metoda ini didasarkan pada sifat kondisi dan kelarutan senyawa (Manjang, 1985,
hal 3)
F. Pemisahan
dan pemurnian
Untuk
pemisahan komponen kimia yang terdapat dalam ekstrak hasil ekstraksi, dapat
dilakukan dengan tehnik kromatografi, baik kromatografi kertas, kromatografi
lapis tipis, kromatografi kolom atau kromatografi gas, tehknik mana yang akan
kita pakai tergantung kepada sifat-sifat dari senyawa yang akan di pisahkan (
rusdi, 1988,hal 10)
PERMASALAHAN
:
1. Mengapa senyawa terpena tidak
sama dengan senyawa terpenoid, padahal
sama-sama tersusun dengan senyawa yang sama ?
2. Apa
yang menyebabkan kebanyakan terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya
merupakan kelipatan lima?