Rabu, 29 Agustus 2018

TERPENOID


A.     ASAL USUL
Terpena merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpena dan modifikasinya, terpenoid, merupakan metabolit sekunder. Terpena dan terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama serangga dan beberapa hewan laut. Di samping sebagai metabolit sekunder, terpena merupakan kerangka penyusun sejumlah senyawa penting bagi makhluk hidup. Sebagai contoh, senyawa-senyawa steroid adalah turunan skualena, suatu triterpena; juga karoten dan retinol. Nama "terpena" (terpene) diambil dari produk getah tusam, terpentin (turpentine).
Terpen mendapatkan tempat tersediri dalam kimia organik-Cepatnya asetibilitas mereka, kelimpahan, mudahnya mereka diisolasi. relatif sederhana komposisi mereka dan mudahnya dikenal serta transformasi yang sangat menarik menyebabkan senyawa terpen merupakan objek yang sangat disukai oleh pakar kimia organik. Pada akhir abad 1800 muncul banyak pakar terkenal dalam bidang organik senyawa terpenoid seperti: Wallach, Perkin, Tiemann, Baeyer, Bredt," Meerwein, Triebs, Ruzicha, Barfon, Jones dan masih banyak lagi. pada awal tahun 1900-an penelitian difokuskan pada pengungkapan struktur senyawa terpen yang umum, berikut penemuan-penemuan baru, kemudian mempelajari secara mendalam stereokimia, reaksi, tata ulang dan biosintesis dari senyawa-senyawa yang sangat menarik. Senyawa terpenoid yang meliputi kimia steroid dan karotenoid sekarang merupakan bagian utama dalam bidang kimia organik dan kimia organik bahan alam.
Terpenoid adalah senyawa yang hanya mengandung karbon dan hidrogen, atau karbon, hidrogen dan oksigen yang bersifat aromatis, sebagian terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya merupakan kelipatan lima. Penyelidikan kimia selanjutnya menunjukan pula bahwa sebagian terpenoid mempunyai kerangka karbon yang di bangun oleh dua atom atau lebih unit C5 yang disebut isopren, unit unit isopren biasanya saling berkaitan dengan teratur, dimana “kepala” dari unit satu berkaitan dengan “ekor” unit yang lain, kepala adalah merupakan ujung terdekat kecabang metil dan ekor merupakan ujung yang lain seperti yang ditunjukan pada gambar berikut:
kepala                     CH3                     ekor

CH2 = C – CH = CH2

Susunan kepala-ke-ekor ini disebut kaidah isopren. Kaidah ini merupakan ciri khas dari sebagian terpenoid sehingga dapat dijadikan dasar penetapan terpenoid, sehingga dapat digunakan sebagai dasar penetapan struktur terpenoid (Achmad, 1986, hal.4)
B.  Klasifikasi dan Fungsi Terpenoid
Senyawa terpenoid dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah unit isopren yang menyusunnya seperti yang tercantum pada tabel 1
Tabel 1. Klasifikasi terpenoid berdasarkan jumlah unit isopren 

1.    Monoterpenoid
Monoterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang paling sederhana, terbentuk dari dua unit isopren dan merupakan dua komponen minyak atsiri yang berupa cairan tak berwarna, tidak larut dalam air, mudah menguap dan berbau harum (Robinson, hal. 140). Monoterpenoid dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu asiklik, monosiklik dan bisiklik. Contoh asiklik adalah geraniol, linalool, yang termasuk monosiklik seperti terpinol, limonena, yang termasuk bisiklik seperti α pinena, dan kamfor.
2.    Seskuiterpenoid
        Seskuiterpenoid merupakan senyawa yang mengandung atom C15, biasanya di anggap berasal dari tiga satuan isopren. Sama seperti monoterpenoid, seskui terpenoid terdapat sebagai komponen minyak astiri, berperan penting dalam memberi aroma pada buah dan bunga. Seskuiterpenoid asiklik terpenting adalah farnesol (gambar 3). Beberapa seskuiterpenoid lakton berdaya racun dan merupakan kandungan tumbuhan obat yang sudah banyak digunakan. Sekuiterpenoid ini juga berfungsi sebagai penolak serangga, insektisida, membantu pertumbuhan tumbuhan dan dapat berkerja sebagai fungisida (robinson, 1995, hal. 147). Contoh senyawa seskuiterpenoid adalah farnesol, γ-bisabolena, dan santonin.
3.  Diterpenoid
Diterpenoid merupakan senyawa yang mengandung atom C20 yang berasal dari empat satuan isopren. Karena titik didihnya tinggi, biasanya diterpenoid tidak ditemukan dalam minyak atsiri tumbuhan, kebanyakan penyebarannya sangat terbatas. Barang kali satu-satunya diterpen yang tersebar luas adalah senyawa induk asiklik yaitu fitol (gambar 4) yang terdapat dalam bentuk ester dalam molekul klorofil. Banyak diterfen siklik dapat dianggap berasal dari fitol dengan pembentukan cincin (Harborne, 1987, hal. 142)


fitol
Senyawa terpenoid banyak yang berfungsi sebagai fungisida, racun terhadap serangga, ada juga senyawa diterpenoid yang berkerja sebagai obat anti tumor karena efek sitotoksiknya dan ada  yang mempunyai aktifitas antivirus (Robinson, 1995, hal. 153).



4.         Triterterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yang disebut skualen. Triterpenoid berupa senyawa tak berwarna, bernetuk kristal, biasanya bertitik leleh tinggi (harborne, 1987, hal.147)
Senyawa triterpenoid  dapat dikelompokan menjadi triterpenoid trisiklik, tetrasiklik dan pentasiklik. Triterpenoid tetrasiklik menarik perhatian karena berkaitan dengan biosintesa steroid, contohnya adalah lanosterol. Triterpenoid pentasiklik merupakan triterpenoid yang paling penting dan tersebar luas, contohnya α-amirin dan β-amirin (gambar 5) senyawa triterpenoid umumnya ditemukan pada tumbuhan berbiji dan hewan (Robinson, 1995, hal. 153)
Beberapa triterpenoid menunjukan aktivitas fisiologi dan senyawa ini merupakan komponen aktif dalam tumbuhan obat yang telah digunakan untuk penyakit termasuk diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati, dan malaria (Robinson, 1995, hal 154).
5.  Tetra terpenoid
Tetraterpenoid merupakan kelompok terpenoid yang disusun oleh delapan unit isopren (C40). Tetraterpenoid yang paling dikenal adalah karotenoid contohnya adalah β-karoten. Karotenoid merupakan golongan figmen yang larut dalam lemak berwarna kuning sampai merah, terdapat pada semua tumbuhan dan dalam berbagai jaringan. Senyawa tetraterpenoid dapat berupa senyawa asiklik, monosiklik atau bisiklik (Robinson, 1995, hal 163) senyawa asiklik dapat di gambarkan dengan kerangka sebagai berikut:
C. Biosintesa terpenoid
Pada tahun 1959, J.W Cornforth menemukan dua bentuk isopren yang aktif yaitu isopentenil pirofosfat (IPP) dan dimetilalil pirofosfat (DMAPP). Kedua isopren ini harus ada untuk keperluan sintesa terpenoid oleh organisme. Penyelidikan selanjutnya menunjukan bahwa IPP dan DMAPP berasal dari asam mevalonat. Kemudian diketahui pula bahwa satu-satunya sumber karbon bagi asam mevalonat, IPP dan DMAPP adalah asam asetat (Achmad, 1986,hal. 6) .
D. Identifikasi terpenoid
Untuk mengetahui adanya senyawa terpenoid dalam suatu sampel dapat digunakan pereaksi lieberman-burchard (anhidrida asam asetat dan H2SO4 pekat) senyawa terpenoid akan menunjukan warna merah sampai ungu jika direaksikan dengan pereaksi liebermann-burchard (Aliunir, 2000, Hal 25)

E.  Isolasi terpenoid dari bahan alam
Untuk penarikan komponen-komponen kimia dari suatu bahan alam dapat dilakukan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang cocok sehingga komponen kimia yang diinginkan akan tertarik oleh pelarut, ada beberapa metode ekstraksi yang umum yang digunakan antara lain: maserasi, perkolasi, sokletasi. Pemilihan metoda ini didasarkan pada sifat kondisi dan kelarutan senyawa (Manjang, 1985, hal 3)
F.         Pemisahan dan pemurnian
Untuk pemisahan komponen kimia yang terdapat dalam ekstrak hasil ekstraksi, dapat dilakukan dengan tehnik kromatografi, baik kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom atau kromatografi gas, tehknik mana yang akan kita pakai tergantung kepada sifat-sifat dari senyawa yang akan di pisahkan ( rusdi, 1988,hal 10)
PERMASALAHAN :
1.  Mengapa senyawa terpena tidak sama dengan senyawa terpenoid,  padahal sama-sama tersusun dengan senyawa yang sama ?
2. Apa yang menyebabkan kebanyakan terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya merupakan kelipatan lima?

Rabu, 22 Agustus 2018

KARAKTERISTIK METABOLIT PRIMER DAN METABOLIT SEKUNDER





Senyawa alami secara umum adalah molekul kimia berupa mineral, metabolit primer, dan metabolit sekunder. Secara famili besar, metabolit primer dan metabolit sekunder adalah senyawa organik. Bahan alam dibedakan menjadi dua berdasarkan fungsi terhadap makhluk hidup pembuatnya yakni:
1. Metabolit primer
2. Metabolit sekunder
Metabolit sekunder adalah senyawa yang disintesis oleh makhluk tumbuhan, mikrobia atau hewan melewati proses biosintesis yang digunakan untuk menunjang kehidupan namun tidak vital (jika tidak ada tidak mati) sebagaimana gula, asam amino dan asam lemak. Metabolit ini memiliki aktifitas farmakologi dan biologi. Di bidang farmasi secara khusus, metabolit sekunder digunakan dan dipelajari sebagai kandidat obat atau senyawa penuntun (lead compound) untuk melakukan optimasi agar diperoleh senyawa yang lebih poten dengan toksisitas minimal (hit).
Metabolit Primer Salah satu ciri makhluk hidup adalah adanya proses (reaksi kimia) yang teratur. Pada reaksi yang dimaksud dikenal sebagai metabolisme. Proses reaksi dimaksud dikenal sebagai metabolisme. Senyawa-senyawa kimia yang terlibat dalam proses metabolisme dikenal sebagai metabolit. metabolisme yang terjadi antara suatu organisme dengan organisme lain, antara satu sel dengan sel yang lain mungkin saja berbeda tetapi selalu terdapat bagian yang memiliki kesamaan. Proses yang sama ini dikenal sebagai jalur utama metabolisme. Metabolit yang ditemui di semua organisme disebut metabolit primer. Metabolit primer merupakan senyawa kimia yang esensial untuk proses hidup sehingga ditemukan pada semua organisme. Pada level makromolekul terdapat empat golongan senyawa yang merupakan metabolit primer yaitu karbohidrat, protein, lipid, dan asam nukleat.

Metabolit Primer Memiliki ciri: Esensial untuk hidup: pertumbuhan normal, perkembangan dan reproduksi. Berupa enzim fisiologis, menghasilkan energi misalnya karbohidrat.
·         Terlibat langsung dalam fungsi fisiologis normal: protein dan enzim
·         Terdapat di dalam organisme atau sel.
·         Dikenal dengan istilah metabolit sentral.
·         Berat molekul (BM) dari kecil dalam bentuk monomer hingga sangat besar polimer ( > 1500 Dalton).
·         Contoh: glukosa, asam organik sederhana, asam lemak, protein, hormon, enzim adalah metabolit primer.
Karakteristik dari senyawa bahan alam :
Metabolik Primer
·         Tersebar merata dalam tiap organisme
·         Fungsi universil, sumber energy, enzim, pengemban keturunan, bahan struktur
·           Perbedaan stuktur kimia kecil
·           Kaktifan fisiologi berkaitan denga struktur kimia

Metabolit Sekunder Memiliki ciri:
·         Tidak terlibat langsung dalam metabolism/kehidupan dasar: pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi.
·         Tidak esensial, ketiadaan jangka pendek tidak berakibat kematian. Ketiadaan jangka panjang mengakibatkan kelemahan dalam pertahanan diri, survival, estetika, menarik serangga.
·         Golongan metabolit sekunder distribusi hanya pada spesies pada filogenetik /familia tertentu.
·         Seringkali berperan di dalam pertahanan terhadap musuh.
·         Senyawa organik dengan berat molekul 50-1500 Dalton. Sehingga disebut mikro molekul.
·         Penggolongan utama: terpenoid, fenil propanoid, poliketida, dan alkaloid adalah metabolit sekunder.
·         Pemanfaatan oleh manusia: untuk obat, parfum, aroma, bumbu, bahan rekreasi dan relaksasi.
Karakteristik dari senyawa bahan alam :
Metabolik Sekunder :
·         Tersebar tidak merata dalam tiap organisme
·            Fungsi ekologis, penarik serangga, pelindung diri, alat bersaing, hormone
·          Perbedaan stuktur kimia tergantung pada pengembangan kimia organik dan hubungan antara struktur dan keaktivan
·          Kaktifan fisiologi berkaitan dengan struktur kimia dan hubungan antara struktur.
·         Sebagian besar dari metabolik sekunder adalah turunan dari lemak

Mikroba dan tumbuhan baik darat maupun laut merupakan salah satu sumber utama bahan obat. Berbagai obat penting yang diresepkan di dalam terapi klinik seperti antibiotik, statin, vinkristin, taksol didapatkan dengan pemurnian dari sumber alami yakni mikroba dan tetumbuhan. Demikian halnya beberapa jenis-jenis senyawa yang berpotensi sebagai agen promosi kesehatan seperti katekin, genistein, flavonoid, stilebenoid, dan lain-lain juga diisolasi dari bahan alam, baik dari mikroba, tumbuhan, jamur maupun sarang serangga seperti propolis (sarang lebah) atau pun sarang semut.
Pada rentang tahun 1981-2010, 4.4% dari 1355 buah obatobatan yang beredar berasal dari pemurnian bahan alam dan 0.4% ekstrak da 43% merupakan senyawa alami yang dimodifikasi (Newman, Cragg, and Snader, 2012). Terkhusus pada area obat kanker, 74% obat yang digunakan secara klinik berasal dari ekstraksi senyawa alami atau modifikasi senyawa alami. Jika digabungkan dengan senyawa tiruan (mimick), vaksin, ekstrak maka kontribusi bahan alam dalam penyediaan bahan obat lebih dari 50%. Dengan demikian tampak sekali peran metabolit sekunder di dalam penyediaan obat.
Perlu dicatat dengan baik-baik dan ditekankan di sini, bahwa pemurnian molekul dari bahan alam bukanlah pekerjaan final dan langsung bisa digunakan obat akan tetapi masih dan perlu langkah lain. Jadi hanya sekitar 5% senyawa yang dihasilkan ekstraksi langsung bisa digunakan untuk obat, kebanyakan menemukan senyawa model untuk disintesis atau dimodifikasi lebih lanjut.


Permasalahan :
1.      Apa keuntungan metabolit sekunder jika digunakan sebagai bahan baku obat dibandingkan dengan molekul-molekul besar?
2.       Bandingkan sifat metabolit sekunder pula terhadap senyawasenyawa yang sangat mudah larut air? dapatkan Anda memikirkan kelemahannya?


Selasa, 21 Agustus 2018

PERBEDAAN LIPID DENGAN LEMAK SERTA PROSES TERBENTUKNYA LEMAK


 KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM 

Lipid
Lipid atau lemak didefinisikan sebagai senyawa organik heterogen yang terdapat di alam dan bersifat relatif tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut non-polar. Lipid adalah senyawa yang berisi karbon dan hidrogen,  yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Hartono A, 2006). Lemak adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak yang beredar didalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan didalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi (Madja, 2007)

Pada dasarnya metabolisme lipid dalam tubuh terjadi melalui 3 jalur yaitu jalur eksogen, jalur endogen, dan jalur reverse cholesterol transport. Kedua jalur pertama berhubungan dengan metabolisme kolesterol LDL dan trigliserid, sedangkan jalur ketiga khusus mengenai metabolisme kolesterol-HDL.

1)   Jalur Eksogen

Trigliserid dan kolesterol dari makanan serta kolesterol dari hati yang dieksresikan bersama empedu ke usus halus merupakan lemak eksogen. Trigliserid dan kolesterol dalam usus halus ini akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserid akan diserap sebagai asam lemak bebas sedangkan kolesterol ester diserap sebagai kolesterol bebas. Dalam sel usus halus, asam lemak bebas akan diubah lagi menjadi trigliserid, sedangkan kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester lagi. Keduanya bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron. Lipoprotein ini pada permukaannya terdapat apolipoprotein A, B-48, C, dan E. Kilomikron akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui duktus toraksikus akan masuk ke dalam aliran darah.
Trigliserid dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel menjadi asam lemak bebas dan kilomikron remnant. Asam lemak bebas ini akan menembus jaringan yang membutuhkan atau disimpan di jaringan adipose dalam bentuk trigliserid. Sedangkan kilomikron remnant akan menuju ke hati untuk dimetabolisme menghasilkan kolesterol bebas. Sebagian kolesterol akan dipakai hati untuk memproduksi asam empedu dan sisanya akan didistribusikan ke jaringan tubuh melalui jalur endogen.
2) Jalur Endogen

Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati akan disekresikan ke dalam sirkulasi darah sebagai VLDL (Very Low Density Lipoprotein). VLDL memiliki apolipoprotein B-100, C, dan E. Dalam sirkulasi darah, VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein) dan trigliserid. IDL memiliki apolipoprotein B-100 dan E. Kemudian IDL juga akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase menjadi LDL (Low Density Lipoprotein) dan trigliserid. LDL memiliki apolipoprotein B dan E serta merupakan lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Kolesterol ester dalam LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang memiliki reseptor kolesterol LDL.
Sebagian kolesterol LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag menjadi sel busa (foam cell). Peningkatan jumlah kolesterol yang ditangkap makrofag dipengaruhi oleh : (1) meningkatnya jumlah small dense-LDL pada sindroma metabolik dan (2) menurunnya kadar kolesterol HDL yang memiliki sifat protektif oksidasi LDL
3) Jalur Reverse Cholesterol Transport
HDL (High Density Lipoprotein) nascent dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung apolipoprotein A, C, dan E oleh usus halus dan hati. HDL nascent akan mendekati makrofag dan mengambil kolesterol sehingga menjadi HDL dewasa. Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol di bagian dalam makrofag harus dibawa ke permukaan membran sel oleh suatu transporter yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette transporter-1 (ABC-1). Protein transmembran ini menggunakan energi ATP untuk membawa berbagai substrat di intraselular dan ekstraselular membran.

Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol akan diesterifikasi oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase  (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type 1 (SR-B1). Jalur kedua kolesterol ester akan ditukar dengan trigliserid dari VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP).
Lemak
Lemak adalah nama umum yang diberikan kepada trigliserida. Trigliserida terdiri dari tiga rantai asam lemak bereaksi dengan gliserol membentuk trigliserida produk diesterifikasi. Ini adalah reservoir energi utama pada mamalia.
Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi (Guyton, 2007). Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat unsur lemak ini akan diserap dari usus dan masuk kedalam darah. Lemak disimpan di dalam jaringan adiposa, yang berfungsi sebagai insulator panas di jaringan subkutan.

Metabolisme Lemak 
Sebelum membahas lebih dalam mengenai metabolisme lemak, kalian tentu penasaran dengan apa sih sebenarnya lemak itu. Lemak  atau dalam bahasa Inggrisnya sering disebut dengan “Fat” merupakan salah satu senyawa organik yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari dan merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang lumayan banyak.
Description: metabolisme lemak
Adapun kegunaan lemak itu sendiri berperan sebagai penyedia energi cadangan pada saat tubuh tidak mendapat asupan  energi dari sumber energi utama yaitu makanan yang biasa kalian konsumsi. Selain bertindak sebagai energi cadangan, lemak juga sangat dibutuhkan sebagai penyusun struktur bagian tubuh dan juga menjalankan fungsi fisiologis di dalam tubuh.



Pengertian Metabolisme Lemak / Fat
Description: metabolisme lemak
Metabolisme lemak merupakan serangkaian reaksi kimia mencakup reaksi pembentukan dan reaksi penguraian lemak di dalam tubuh. Kita mendapatkan lemak dari tumbuhan dan juga hewan. Metabolisme lemak berlangsung pertama kali pada sistem pencernaan. Enzim – enzim pencernaan akan memecah lemak dan kemudian lemak akan diserap oleh tubuh dan kemudian diedarkan ke seluruh tubuh tumbuhan. Lemak berfungsi sebagai energi cadangan dan juga sebagai struktural dan fungsional bagi tubuh.
Proses Metabolisme Lemak Pada Manusia
Pemecahan lemak akan dikatalisis oleh enzim hidrolitik lipid seperti lipase. Lemak akan dihidrolisis dalam bentuk teremulsikan oleh senyawa empedu yang disekresikan hati ke dalam usus dua belas jari. Ketika lemak telah teremulsi, lipase yang dihasilkan oleh pankres akan memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak yang akan diserap ke dalam tubuh melalui dinding usus penyerapan.
Gliserol dan asam lemak akan diangkut oleh pembuluh darah menuju ke seluruh tubuh. Pada umumnya, gliserol dan asam lemak akan tereseterifikasi secara alami membentuk senyawa lipoprotein yang disebut dengan kilomikron. Lipoprotein lipase yang akan memecah kilomikron menjadi asam lemak untuk digunakan sebagai energi atau disimpan dalam jaringan adpiosa (lemak) di bawah jaringan kulit (hipodermis).
Lemak akan dibawa terlebih dahulu ke dalam hati oleh pembuluh darah vena porta hepatica bersama dengan nutrisi makanan lainnya. Lemak akan dikatabolik menjadi tryglyserol yang dapat menjadi VLDL (very low density lipoproteins = lemak jahat) atau LDL (low densisty lipoproteins) berdasarkan pada jenis lemak yang masuk ke dalam tubuh. VLDL dapat berpengaruh buruk bagi tubuh, karena mampu menyebabkan aterosklerosis (penyumbatan oleh lemak).
Lemak dapat digunakan sebagai sumber energi yang akan menggantikan glukosa dari karbohidrat. Lemak akan diubah menjadi keton untuk dapat masuk ke jalur glikolisis (pemecahan glukosa). Reaksi ini dikenal sebagai glukoneogenesis yaitu reaksi pemebentukan gula dari senyawa bukan karbohidrat. Reaksi merupakan reaksi reversible, artinya pada kondisi tertentu kelebihan glukosa akan diubah menjadi lemak melalui reaksi lipogenesis.
Pembentukan glukosa dari senyawa lemak ini dirangsang oleh hormon glukagon dan glukokortikoid yang disekresikan pada kondisi dimana tubuh membutuhkan energi namun asupan glukosa menipis. Hasil energi yang diperoleh melalui perombakan lemak yaitu sebanyak 130 ATP (1gram pemecahan lemak menghasilkan 9,2 kalori).
Berbeda dengan pengangkutan nutrisi lainnya, lemak akan diangkut oleh sistem limfatik (getah bening) bersama dengan sel – sel darah putih. Selanjutnya, lemak akan dikembalikan ke dalam aliran darah dalam pembuluh darah. Lemak yang masuk ke dalam hati akan diubah menjadi VLDL yang tidak baik bagi tubuh. Sementara jika lemak diedarkan ke sel – sel otot maka lemak akan dioksidasi untuk menghasilkan energi melalui reaksi respirasi di dalam mitokondria. Kelebihan lemak akan disimpan di jaringan hipodermis. Sel – sel adiposit merupakan sel penyimpanan lemak di dalam tubuh pada jaringan hipodermis. Lemak akan disimpan di dalam sel tersebut dalam bentuk vakuola. Semakin banyak kandungan lemak maka akan semakin besar sel adipositnya atau akan semakin banyak sel adiposit dengan simpanan lemak dalam vakuola.


Permasalahan
Yang kita ketahui salah satu penyakit kelebihan lemak itu seperti kerusakan dinding arteri yang terjadi karena bahaya diabetes nah bagaimana hubungan lemak ini dengan penyakit bahaya diabetes apakah penyakit diabetes ini berkaitan dengan pembentukan lemak ?

FENIL PROPANOID

Asal Usul Fenilpropanoid Fenilpropanoid merupakan suatu kelompok senyawa fenolik alam yg berasal dari asam amino aromatik fenilalanin ...