Prinsip-prinsip
multimedia pembelajaran
Multimedia
Multimedia adalah media yang
menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis,
gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi. Multimedia terbagi
menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif.
Multimedia linier adalah suatu
multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat
dioperasikan oleh penguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan),
contohnya: TV dan film.
Menurut Rosch Multimedia dapat
diartikan sebagai kombinasi dari komputer dan video (Rosch, 1996). Kombinasi
dari paling sedikit dua media input atau output. Media ini dapat berupa audio
(suara, musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar (Turban dan kawan-kawan,
2002)
Hofstetter mengatakan,
multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan
teks, grafik, audio, gambar bergerak ( video dan animasi ) dengan menggabungkan
link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi,
berkreasi dan berkomunikasi, menggabungkan link dan tool yang memungkinkan
pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi.
Computer Technology Research
(CTR) menyatakan bahwa 20% manusia menyerap apa yang mereka lihat, 30%
apa yang mereka dengar, 50% apa yang mereka lihat dan dengar, dan 80% apa yang
mereka lihat, dengar, dan lakukan saat itu. Maka dari itu multimedia menjadi
sangat efektif dalam pembelajaran. Multimedia juga akan membantu menyebarkan
informasi kepada jutaan orang yang bahkan tidak memiliki komputer dan tidak
mengerti komputer.
1. Prinsip Multimedia
Prinsip multimedia berbunyi murid
bisa belajar lebih baik dari kata-kata dan gambar-gambar daripada dari
kata-kata saja (Mayer, 2009:93). Yang dimaksudkan dengan kata-kata adalah teks
tercetak di layar yang dibaca pengguna atau teks ternarasikan yang didengar
pengguna melalui speaker atau headset. Yang dimaksudkan dengan gambar adalah
ilustrasi statis seperti gambar, diagram, grafik, peta, foto, atau gambar dinamis
seperti animasi dan video. Clark & Mayer (2011:70) menggunakan istilah
penyajian multimedia untuk menyebut segala penyajian yang berisi kata-kata dan
gambar.
Mayer (2009:93) beralasan bahwa saat
kata-kata dan gambar-gambar disajikan secara bersamaan, siswa punya kesempatan
untuk mengkonstruksi model-model mental verbal dan piktorial dan membangun
hubungan di antara keduanya. Sedangkan jika hanya kata-kata yang disajikan,
maka siswa hanya mempunyai kesempatan kecil untuk membangun model mental piktorial
dan kecil pulalah kemungkinannya untuk membangun hubungan di antara model
mental verbal dan piktorial.
2. Prinsip Keterdekatan
Prinsip keterdekatan terbagi dua,
yaitu keterdekatan ruang atau keterdekatan kata tercetak dengan gambar yang
terkait (Mayer, 2009:119; Clark & Mayer, 2011:92) dan keterdekatan waktu
atau keterdekatan kata-kata ternarasi dengan gambar yang terkait (Mayer,
2009:141; Clark & Mayer, 2011:102). Prinsip keterdekatan ruang menyatakan
bahwa siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata tercetak dan gambar-gambar
yang terkait disajikan saling berdekatan daripada disajikan saling berjauhan
(Mayer, 2009:119). Sedangkan prinsip keterdekatan waktu menyatakan bahwa siswa
bisa belajar lebih baik jika kata-kata ternarasikan dan gambar-gambar yang
terkait (animasi atau video) disajikan pada waktu yang sama (simultan) (Mayer,
2009:141).
Alasan Mayer (2009:119) berkaitan
prinsip keterdekatan ruang adalah saat kata-kata dan gambar terkait saling
berdekatan di suatu layar, maka murid tidak harus menggunakan sumber-sumber
kognitif untuk secara visual mencari mereka di layar itu. Siswa akan lebih bisa
menangkap dan menyimpan mereka bersamaan di dalam memori kerja pada waktu yang
sama. Sedangkan untuk keterdekatan waktu, Mayer (2009:141) beralasan bahwa saat
bagian narasi dan bagian animasi terkait disajikan dalam waktu bersamaan, siswa
lebih mungkin bisa membentuk representasi mental atas keduanya dalam memori
kerja pada waktu bersamaan. Hal ini lebih memungkinkan siswa untuk membangun
hubungan mental antara representasi verbal dan representasi visual.
3. Prinsip Modalitas
Prinsip modalitas menyatakan bahwa
siswa bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi (kata yang terucapkan)
daripada dari animasi dan kata tercetak di layar (Mayer, 2009:197). Berdasarkan
teori kognitif dan bukti riset, Clark & Mayer (2011:117) menyarankan untuk
menarasikan teks daripada menyajikan teks tercetak di layar saat gambar (statis
maupun bergerak) menjadi fokus kata-kata dan saat keduanya disajikan pada waktu
yang bersamaan.
Mayer (2009:197) beralasan bahwa jika
gambar-gambar dan kata-kata sama-sama disajikan secara visual, maka saluran
visual akan menderita kelebihan beban tapi saluran auditori tidak
termanfaatkan. Jika kata-kata disajikan secara auditori, mereka bisa diproses
dalam saluran auditor, sehingga saluran visual hanya memproses gambar.
4. Prinsip Koherensi
Prinsip koherensi menyatakan bahwa
siswa bisa belajar lebih baik jika hal-hal ekstra disisihkan dari sajian
multimedia (Mayer, 2009:167). Prinsip koherensi terbagi atas tiga versi, yaitu
pembelajaran siswa terganggu jika gambar-gambar menarik namun tidak relevan
ditambahkan (Mayer, 2009:170; Clark & Mayer, 2011:159), pembelajaran siswa
terganggu jika suara dan musik menarik namun tidak relevan ditambahkan (Mayer,
2009:181; Clark & Mayer, 2011:153), dan pembelajaran siswa akan meningkat
jika kata-kata yang tidak dibutuhkan disisihkan dari presentasi multimedia
(Mayer 2009:188; Clark & Mayer, 2011:166).
Mayer (2009:167) mengemukakan alasan
teoretis bahwa materi ekstra selalu bersaing memperebutkan sumber-sumber
kognitif dalam memori kerja sehingga bisa mengalihkan perhatian siswa dari
materi yang penting. Hal-hal ekstra juga bisa menganggu proses penataan materi
dan bisa menggiring siswa untuk menata materi di atas landasan tema yang tidak
sesuai.
5. Prinsip Redundansi
Prinsip redundansi menyatakan bahwa
siswa belajar lebih baik dari gambar dan narasi daripada dari gambar, narasi,
dan teks tercetak di layar (Mayer, 2009:215). Implikasi dari hal ini adalah
saran dari Clark & Mayer (2011:125) untuk tidak menambahkan teks tercetak
di layar ke gambar yang sedang dinarasikan.
Clark & Mayer (2011:135)
mengemukakan alasan bahwa siswa akan lebih memperhatikan teks tercetak di layar
daripada ke gambar yang berkaitan. Saat mata mereka fokus di kata-kata
tercetak, siswa tidak bisa melihat ke gambar yang sedang dinarasikan. Juga,
siswa berusaha membandingkan teks tercetak dengan narasi yang diucapkan
sehingga membebani proses kognitif. Karena itulah, untuk gambar yang sedang
dinarasikan, hendaknya tidak ditambahkan teks tercetak di layar.
6. Prinsip Personalisasi
Prinsip personalisasi menyarankan
agar pengembang multimedia menggunakan gaya percakapan dalam narasi daripada
gaya formal (Clark & Mayer, 2011:182). Gaya percakapan di antaranya dicapai
dengan menggunakan bahasa orang pertama dan orang kedua serta dengan suara
manusia yang ramah.
Clark & Mayer (2011:184)
menyatakan bahwa riset dalam proses diskursus menunjukkan bahwa manusia bekerja
lebih keras untuk memahami materi saat mereka merasa berada dalam percakapan
dengan seorang teman, daripada sekadar menerima informasi. Mengekspresikan
informasi dalam gaya percakapan dapat merupakan cara untuk mempersiapkan proses
kognitif siswa. Clark & Mayer (2011:184) menambahkan pula bahwa instruksi
yang mengandung petunjuk sosial seperti gaya percakapan mengaktifkan perasaan
kehadiran sosial, yaitu perasaan sedang dalam percakapan dengan pengarang.
Perasaan kehadiran sosial ini mengakibatkan pembelajar terlibat dalam proses
kognitif yang lebih dalam selama belajar dengan berusaha lebih keras memahami
apa yang pengarang ucapkan, yang hasilnya adalah hasil belajar yang lebih baik.
7. Prinsip Segmentasi dan Pra Latihan
Prinsip segmentasi menyarankan untuk
memecah materi pelajaran yang besar menjadi segmen-segmen yang kecil (Clark
& Mayer, 2011:207). Saat sebuah materi pembelajaran kompleks, materi itu
perlu dibuat menjadi sederhana dengan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang
dapat diatur kemunculannya.
Clark & Mayer (2011:210)
beralasan bahwa saat siswa menerima sajian yang berkelanjutan dan berisi
konsep-konsep yang saling berhubungan, hasilnya adalah sistem kognitif menjadi
kelebihan muatan, terlalu banyak pemrosesan yang dibutuhkan. Siswa tidak
mempunyai kapasitas kognitif yang cukup untuk dilibatkan dalam pemrosesan
esensial yang dibutuhkan untuk memahami materi tersebut. Solusi masalah di atas
adalah membagi-bagi materi pelajaran menjadi beberapa bagian yang dapat diatur,
misalnya dengan memberi tombol “Lanjutkan”.
Prinsip pra-latihan menyarankan untuk
memastikan siswa mengetahui nama dan karakteristik konsep-konsep penting (Clark
& Mayer, 2011:212). Sebelum siswa belajar proses atau mengerjakan latihan
pada suatu multimedia interaktif, hendaknya siswa diberi materi konsep-konsep
penting berkaitan dengan proses yang akan dipelajari atau latihan yang akan
dikerjakan. Contohnya, sebelum siswa melihat video demonstrasi cara membuat
tabel basis data, siswa perlu mengetahui apa itu tabel, field, dan primary
key.
Clark & Mayer (2011:215)
menyatakan bahwa pra latihan dapat membantu pemula untuk mengelola pemrosesan
materi kompleks dengan mengurangi jumlah pemrosesan esensial yang mereka
lakukan saat presentasi disajikan. Saat siswa sudah mengetahui apa itu primary
key, mereka bisa mengalokasikan proses kognitif untuk membangun model
mental bagaimana peran primary key dalam perancangan sebuah tabel.
Dengan demikian, alasan diperlukannya prinsip pra-latihan adalah prinsip ini
membantu pengelolaan pemrosesan esensial yang dilakukan siswa dengan
mendistribusikan materi-materi ke dalam bagian pra-latihan dari materi
pembelajaran.
Dengan berpedoman pada
prinsip-prinsip ini, pengembang multimedia pembelajaran diharapkan mampu untuk
mengembangkan multimedia pembelajaran yang lebih berterima ke penggunanya.
Selamat menerapkan!
PERMASALAHAN :
Apa alasan seorang pendidik memilih media
pembelajaran yang harus mengikuti prinsip-prinsip multimedia dan jika media
yang dipilih dalam pembelajaran itu tidak sesuai dengan prinsip yang ada ,apa
yang akan dilakukan pendidik …
Bagaimana menurut anda apabila siswa
itu mempunyai kekurangan pendengaran yang kita ketahui bahwa media akan efektif
apabila siswa itu melihat, mendengarkan dan melakukannya langsung , media apa
yang akan anda gunakan …
Cara seperti apa yang akan pendidik
gunakan untuk menarik minat siswa dalam belajar tanpa meninggalkan tujuan dari
pembelajaran tersebut …