Rabu, 26 September 2018

FENIL PROPANOID


Asal Usul Fenilpropanoid

Fenilpropanoid merupakan suatu kelompok senyawa fenolik alam yg berasal dari asam amino aromatik fenilalanin dan tirosin. Golongan senyawa ini adalah zat antara dari jalur  biosintesis asam sikimat. Berdasarkan strukturnya, fenilpropanoid memiliki cincin fenil yang menjadi tempat melekatnya rantai samping 3C. Senyawa fenilpropanoid adalah senyawa memiliki kerangka aromatik fenil (C6) dengan rantai samping propanoid (C3), sehingga jumlah total karbonnya adalah 9 dan disebut C9 atau fenil propanoid dan kelipatannya. Fenilpropanoid juga dapat mengandung satu atau lebih residu C6-C3. Karakteristik lainnya adalah tidak mengandung atom nitrogen dan terdapat satu atau beberapa gugus hidroksil yang melekat pada rantai aromatik, sehingga memiliki sifat fenolik. Karenanya, golongan fenilpropanoid disebut pula sebagai fenolik tumbuhan. Keberadaannya berlimpah pada tumbuhan namun terbatas pada jamur dan belum ditemukan pada manusia atau vertebrata.
Senyawa fenil propanoid terbentuk dari asam sikimat. Selain fenil propanoid, jalur asam sikimat dihipotesiskan membentuk building block C7. Berbagai senyawa golongan  lignin, stilben, kumarin memiliki kerangka C9. Sedangkan asam galat, struktur benzoik, berbagai polifenol (bukan jalur tunggal) terbentuk dari struktur C7.Golongan ini melewati  starting material asam amino L-tirosin dan L-fenilalalin yang merupakan asam amino esensial (manusia tidak memiliki jalur biosintesis ini), sehingga potensi toksisitasnya kecil pada manusia.

Struktur Fenil Propanoid
 Sejumlah besar senyawa aroamtik alam dapat dianggap turunan fenilpropan,karena senyawa itu mempunyai cicin benzene yaitu terikat pada C-1 dari rantai  3 karbon.kelompok senyawa ini berasal dari shikimat. Senyawa-senyawa fenol ditemukan dalam berbangai organisme,mulai dari mikroorganisme sampai pada tumbuhan tinggi dan hewolan.kapang merupakan sumber yang kaya akan  senyawa fenol yang berasal dari jalur shikimat banyak ditemukan dalam tinggi dan jarang ditemukan dalam kapang.

 
Asam shikimat

Beberapa jenis senyawa yang termasuk fenilpropanoid ialah turunan asam sinamat,turunan alifenol,turunan propilfenol,turunan kumarin.beberapa contoh senyawa sederhana dari masing masing jenis terlihat pada daftar dibawah ini.
                   
Asam sinamat                                                                             Asam kafeat

SKRINNING FITOKIMIA
Skrinning fitokimia atau uji pendahuluan merupakan tahap pendahuluan dalam penelitian isolasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa sebagian besar metodenya merupakan reaksi pengujian warna dengan suatu pereaksi warna. Metode yang digunakan atau dipilih untuk melakukan skrining fitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain sederhana, cepat, dapat dilakukan dengan peralatan minimal, bersifat semikuantitatif yaitu memiliki batas kepekaan untuk senyawa yang bersangkutan, selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari, dan dapat memberikan keterangan tambahan ada atau tidaknya senyawa tertentu dalam dari golongan senyawa yang dipelajari (Noerono, 1994).
Senyawa fenilpropanoid termasuk dalam senyawa fenol. Oleh karena itu digunakan uji senyawa fenol. Cara uji fenol yaitu serbuk sampel kering dengan berat tertentu dipanaskan dengan metanol atau etanol. Selanjutnya disaring untuk mengambil filtratnya. Filtrat selanjutnya ditambahkan dengan aquadest dan larutan FeCl3, selanjutnya dilihat perubahan warna filtrate yang terjadi. Sampel dinyatakan positif mengandung senyawa fenol (fenilpropanoid) jika warna filtrate berubah menjadi hijau, merah, ungu, biru, atau hitam yang kuat (Harborne, 1987).
Ion Fe3+ bereaksi dengan beberapa senyawa organik golongan fenol membentuk senyawa kompleks dengan warna yang kuat. Warna dari senyawa kompleks yang terbentuk bervariasi. Persamaan reaksi antara fenol dengan Fe3+:

Senyawa fenol yang awalnya bening ketika ditetesi FeCl3 akan berubah menjadi warna tertentu sesuai dengan jenis senyawa fenolnya. Hal ini menunjukkan bahwa telah terbentuk senyawa kompleks dari Fe3+ dengan fenol. Fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksil yang terikat pada karbon tak jenuh, sehingga dapat bereaksi dengan besi (III) klorida menghasilkan larutan berwarna.
Menurut Jones (2006), jika reaksi antara suatu senyawa organic dengan pereaksi FeCl3 menyebabkan larutan berubah warna menjadi biru tua, biru kehitaman, atau hijau kehitaman maka hal itu menunjukkan adanya senyawa polifenol dan tanin.

ISOLASI ATAU PEMISAHAN SENYAWA
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen campuran dimana cuplikan berkesetimbangan di antara dua fasa, fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan cuplikan secara selektif. Bila fasa gerak berupa gas, disebut kromatografi gas, dan sebaliknya kalau fasa gerak berupa zat cair, disebut kromatografi cair (Hendayana, 1994).
Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode fraksinasi yaitu dengan memisahkan ekstrak kasar menjadi fraksi-fraksinya yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan kolom yang berisi fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu dengan pompa vakum. Fasa diam yang digunakan dapat berupa silika gel atau alumunium oksida. Kromatografi kolom cair dapat dilakukan pada tekanan atmosfer atau pada tekanan lebih besar dari atmosfer dengan menggunakan bantuan tekanan luar misalnya gas nitrogen. Untuk keberhasilan praktikan di dalam bekerja dengan menggunakan kromatografi kolom vakum cair, oleh karena itu syarat utama adalah mengetahui gambaran pemisahan cuplikan pada kromatografi lapis tipis (Harris, 1982).
Adapun KCV ini merupakan pemisahan fraksi berdasarkan pelarutnya. Agar fraksi tertentu turun, maka harus ditingkatkan kepolarannya dari non polar, sedikit polar, semi polar, agak polar sampai 100% polar, hal ini dikarenakan didalam sampel itu terdapat senyawa yang berbeda kepolarannya. Untuk meningkatkan kepolaran pelarut dilakukan perbandingan campuran pelarut, pada mulanya pelarut non polar dicampur dengan pelarut semi polar dengan perbandingan tertentu, dan sampai nanti pelarut semipolar dicampur dengan pelarut polar dengan perbandingan tertentu. Sampel atau fraksi yang turun itu sesuai dengan kepolaran pelarut yang digunakan. Bila pelarut yang digunakan adalah n-heksana (non polar) maka fraksi yang akan turun adalah senyawa nonpolar, sedangkan senyawa polar tidak turun karena tidak larut dengan pelarut n- heksana (Andy, 2014).
Sebelum difraksinasi, ekstrak kental dianalisis dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan berbagai eluen dan berbagai perbandingan untuk mengetahui jenis pelarut yang sesuai pada kromatografi kolom cair vakum. Ekstrak kental yang terdiri dari beberapa komponen tersebut difraksinasi dengan metode kromatografi kolom cair vakum. Hasil fraksinasi di KLT dengan eluen yang sama, kemudian yang sama nilai Rfnya digabungkan. Fraksi gabungan dianalisis kembali dengan kromatografi lapis tipis dan diuapkan dengan maksud menentukan fraksi yang akan dimurnikan lebih lanjut melalui metode kromatografi kolom flash.
Pemurnian senyawa dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan rekristalisasi, uji tiga eluen yang berbeda kepolarannya, serta uji titik leleh senyawa tersebut. Pemilihan pelarut tersebut didasarkan pada prinsip rekristalisasi yaitu sampel yang tidak larut dalam suatu pelarut pada suhu kamar tetapi dapat larut dalam pelarut pada suhu kamar. Jadi rekristalisasi meliputi tahap awal yaitu melarutkan senyawa yang akan dimurnikan dalam sedikit mungkin pelarut atau campuran pelarut dalam keadaaan panas atau bahkan sampai suhu pendidihan
Sehingga diperoleh larutan jernih dan tahapan selanjutnya yaitu mendinginkan larutan yang akan dapat menyebabkan terbentuknya kristal, lalu dipisahkan melalui penyaringan (Agusti, 2011). Fraksi gabungan yang diperoleh kemudian di KLT sistem tiga eluen dengan menggunakan larutan pengembang atau eluen yang sesuai. Jika hasil KLT memperlihatkan noda tunggal, maka senyawa tersebut telah murni.

Manfaat Senyawa Fenil Propanoid
1.     Tiga contoh senyawa fenil propanoid yaitu sinamaldehida, eugenol dan apiel berperan penting dalam memberi ciri bau-rasa dan bau khas berbagai jamu dan rempah-rempah yang berharga.
2.     Sinamaldehida yang terkandung pada kayu manis bermanfaat untuk menurunkan resiko stroke dan aterosklerosis.
3.     Asam sinamat bisa berfungsi untuk melindungi kulit dari sinar matahari karena senyawa ini dapat berpotensi sebagai bahan kosmetik.
4.     Lignan (gabungan antara dua fenil propanoid melalui rantai samping alifatiknya) pada manusia digunakan secara niaga sebagai antioksidan dalam makanan dengan berhasil baik, walaupun terbatas. Sedangkan untuk tumbuhan lignan memberikan sumbangan pada penguatan dinding sel.
5.     Dalam beberapa jenis tumbuhan paku yang mengandung senyawa fenil propanoid bisa digunakan sebagai obat kanker.
6.     Tanin (salah satu jenis senyawa fenil propanoid yang terkandung dalam tumbuhan) bagi manusia berfungsi untuk menghambat pertumbuhan tumor, sedangkan fungsinya bagi tumbuhan itu sendiri ialah sebagai pertahanan yaitu untuk mengusir hewan pemangsa tumbuhan.
7.     Eugenol dan senyawa turunannya memiliki berbagai manfaat dalam bidang industri, seperti industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, pestisida nabati, perikanan, pertambangan, kemasan aktif dan industri kimia lainnya.
8.     Kumarin bermanfaat sebagai antioksidan alami.


PERMASALAHAN :
1.apakah pada senyawa yang mengandung fenil propanoid ini baik apabila dikonsumsi dalam tubuh ?
2. Apa yang menyebabkan tumbuhan paku yang mengandung senyawa fenil propanoid bisa digunakan sebagai obat kanker ? apa saja yang terkandung dalam tumbuhan itu ?


Sabtu, 22 September 2018

ALKOLOID


1. Asal-usul Alkoloid
  Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang kayasumber alam terutama tumbuh-tumbuhan yang sangat beraneka ragam. Beberapa jenis tumbuhan digunakan sebagai ramuan obat yang penggunaanya didasarkansecara turun-temurun maka para peneliti kimia telahmelakukan penyelidikan terhadap kandungan kimia tanaman tersebut. Ilmu yang mempelajari zat yangberkhasiat dalam tumbuhan meliputi identifikasi, isolasi serta penetapan kadarnya dikenal dengan ilmu fitokimia.
            Sejarah alkaloid hampir setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan obat-obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman, kedokteran, teh dan racun. Obat-obat yang pertama ditemukan secara kimia adalah opium, getah kering Apium Papaver somniferum. Opium telah digunakan sebagai obat-obatan dan sifatnya sebagai analgetik dan narkotik sudah diketahui. Pada tahun 1803, Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama narkotin. Seturner pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap opium dapat berhasil mengisolasi morfin. Selain itu, pada tahun 1817-1820 di Laboratorium Pelletier dan Caventon di Fakultas Farmasi di Paris, melanjutkan penelitian dibidang kimia alkaloid yang menakjubkan. Diantara alkaloid yang diperoleh dalam waktu singkat tersebut adalah Stikhnin, Emetin, Brusin, Piperin, kaffein, Quinin, Sinkhonin dan Kolkhisin.
            Menurut Cordell (1981), sebagian besar sumber alkaloid adalah tanaman berbunga (angiospermae). Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah liliaceae, solamae, solanace dan rubiacea. Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat sebagian besar pada tanaman berbunga, maka para ilmuwan sangat tertarik pada sistematika aturan tanaman. Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan dengan famili tanaman tertentu.

2. Pengertian Alkaloid
Alkaloida adalah golongan senyawa organik yang banyak ditemukan di alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroba. Senyawa ini mengandung sebuah atom nitrogen yang bersifat basa lemah, mempunyai cincin nitrogen yang sebagian besar heterosiklik yang bersifat aktif dan mempunyai efek fisiologis. Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai efek fisiologis tertentu. Oleh karena itu alkaloid digunakan sebagai obat diantaranya atropin sebagai obat kejang, kokain sebagai obat bius, reserpin sebagai obat penenang.

3. Sifat-sifat Alkaloid
Alkaloid mempunyai beberapa sifat, diantaranya sebagai berikut :
1.    Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino.
2.    Berupa padatan kristal yang halus dengan titik lebur tertentu yang bereaksi dengan asam membentuk garam.
3.    Alkaloid berbentuk cair dan kebanyakan tidak berwarna.
4.    Dalam tumbuhan alkaloid berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau dalam bentuk garamnya.
5.    Umumnya mempunyai rasa yang pahit.
6.    Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalamkloroform, eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relative non polar.
7.    Alkaloid dalam bentuk garamnya mudah larut dalam air, contohnya Strychnine HCl lebih larut dalam air daripada bentuk basanya.
8.    Alkaloid bebas bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas, garam pada atom N-nya.


4. Sumber Alkaloid
Sumber alkaloid adalah tanaman berbunga, angiosperma (famili Leguminoceae, Rubiaceae, Solanaceae) dan tumbuhan monokotil (famili Solanaceae dan Liliaceae).
Pada tahun-tahun berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid terdapat pada hewan. Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah Liliaceae, Solanaceae dan Rubiaceae. Famili tanaman yang tidak lazim mengandung alkaloid adalah Papaveraceae. Di dalam tanaman yang mengandung alkaloid, alkaloid mungkin terdapat pada bagian tertentu dari tanaman. Namun ada bagian tertentu dari tanaman tidak mengandung alkaloid.
5. Kegunaan Alkaloid
Kegunaan alkaloid antara lain sebagai berikut :
1.    Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat hewan.
2.    Alkaloid berguna sebagai tendon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme.
3.    Alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan.
4.    Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, dimana ada sebagian alkaloid yang merangsang perkecambahan dan ada sebagian yang menghambat.
5.    Alkaloid dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan.

6. struktur alkaloid
Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu :
1.Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloida pirolidin, alkaloida piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin dan alkaloida indol. Struktur masing-masing alkaloida tersebut adalah sebagai berikut : 



2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu alkaloida tembakau, alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya.
Cara ini mempunyai kelemahan yaitu : beberapa alkaloida yang  berasal dari suatu tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda. Sebagian besar alkaloida mempunyai kerangka dasar polisiklik termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang tidak terlalu bervariasi. Atom nitrogen alkaloida hampir selalu berada dalam bentuk gugus amin (-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam bentuk gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedang substituen oksigen biasanya ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksil (-OCH3) atau gugus metilendioksi (-O-CH2-O). Substituen - substituen oksigen ini dan gugus N-metil merupakan ciri sebagian besar alkaloida.
7. SKRINING FITOKIMIA/REAKSI PENGENALAN
Uji Alkaloid dilakukan dengan metode Mayer,Wagner dan Dragendorff. Sampel sebanyak 3 mL diletakkan dalam cawan porselin kemudian ditambahkan 5 mL HCl 2 M , diaduk dan kemudian didinginkan pada temperatur ruangan. Setelah sampel dingin ditambahkan 0,5 g NaCl lalu diaduk dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan HCl 2 M sebanyak 3 tetes , kemudian dipisahkan menjadi 4 bagian A, B, C, D. Filtrat A sebagai blangko, filtrate B ditambah pereaksi Mayer, filtrat C ditambah pereaksi Wagner, sedangkan filtrat D digunakan untuk uji penegasan. Apabila terbentuk endapan pada penambahan pereaksi Mayer dan Wagner maka identifikasi menunjukkan adanya alkaloid. Uji penegasan dilakukan dengan menambahkan amonia 25% pada filtrat D hingga PH 8 - 9. Kemudian ditambahkan kloroform, dan diuapkan diatas waterbath. Selanjutnya ditambahkan HCl 2M, diaduk dan disaring. Filtratnya dibagi menjadi 3 bagian. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B diuji dengan pereaksi Mayer, sedangkan filtrate C diuji dengan pereaksi Dragendorff. Terbentuknya endapan menunjukkan adanya alkaloid.

8. Isolasi dan Identifikasi Alkaloid
1 Isolasi Alkaloid
Alkaloid dapat diisolasi melalui metode ekstraksi antara lain :
1.    Soxhletasi
Soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor). Disini sampel disimpan dalam alat soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut terdinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi sampel.
Prinsip soxhletasi :
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan metode ini adalah :
a.     Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
b.    Digunakan pelarut yang lebih sedikit
c.     Pemanasannya dapat diatur
Kerugian metode ini adalah:
a.     Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
b.    Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
c.     Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdWf2XtJG8HYFUW208fzrjERmq5lHO2msSLBpEU2F-J0f8bks1PMjkc0xCWBsN_yZO7leMfe92ecReFpodZqCbvmwa7H-2Zh2l_b3wC37cVQ_No7_BYZBxufVwnTkx5hM4MIwqt8XTmsI/s1600/sohxlet.jpeg
Gambar 1. Alat soxhlet
2.            Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk mengektraksi bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan.
Prinsip refluks:                                                                                                    
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan metode ini adalah :
Digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.
Kerugian metode ini adalah :
Membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator.



Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguVaCCVXDdo99pkxhjctJg1oWASbKCD4iRq1N0uBMLTuK6Ce1JXf6KJKFlL9ChjZrTk2uEEx4A7MbeboJxmtPrKbAqU9erqlLfAkn647-X-ow_xOSuJNqeygpJY6UFXsVvq3QC_gU016U/s1600/refluks.jpg



Gambar 2. Alat refluks


2 Identifikasi Alkaloid
            Identifikasi alkaloid dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi berikut :
a.    Reaksi Pengendapan
1.    Reaksi Dragendorf
Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi dragendorf maka akan menghasilkan endapan jingga.  
2.    Reaksi Meyer
            Pereaksi meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Ketika sampel ditambah pereaksi meyer maka akan timbul endapan kuning atau larutan kuning bening lalu ditambah alkohol endapannya larut. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.
3.    Reaksi Bauchardat
Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood. Sampel ditambah pereaksi bauchardat menghasilkan endapan coklat merah lalu ditambah alkohol endapannya larut.
b.    Reaksi Warna
1.    Reaksi dengan asam kuat
            Asam kuat seperti H2SOpekat dan HNO3pekat menghasilkan warna kuning atau merah.
2.    Reaksi Marquis
            Pereaksi marquis mengandung formaldehid (1 bagian) dan H2SO4 pekat (9 bagian). Sampel ditambah pereaksi marquis akan menghasilkan warna jingga.
3.    Reaksi Warna AZO                                                                   
            Sampel ditambah diazo A (4 bagian) dan diazo B (1 bagian), ditambah NaOH, dipanaskan lalu ditambah amyl alkohol menghasilkan warna merah.
           
            Alkaloid terdiri dari beberapa jenis. Adapun untuk identifikasi jenis alkaloid lainnya bisa menggunakan reaksi berikut diantaranya :
Reaksi untuk alkaloid benzil isokuinolon contohnya morfin


1.    Reaksi Frohde
            Pereaksi frohde mengandung larutan 1% NH4molibdat dalam H2SOpekat. Sampel ditambah pereaksi frohde menghasilkan warna kuning kehijauan.
2.    Reaksi Mandelin
            Pereaksi mandelin mengandung amonium vanadat dalam air ditambah H2SO4 pekat. Sampel ditambah pereaksi mandelin berwarna kuning kehijauan.
            Selain itu, identifikasi alkaloid bisa juga dengan menggunakan pereaksi erlich (p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna biru atau abu-abu hijau untuk alkaloid ergot.

PERMASALAHAN :
1.     apakah yang menyebabkan sifat basa dari alkaloid? dan apakah semua alkaloid brsifat basa?
2.     Pada saat mengisolasi alkaloid dari suatu sampel, alkaloid diekstrak dengan menggunakan pelarut tertentu. Pelarut jenis apa yang umum digunakan dalam mengisolasi alkaloid?
3.     Apakah dalam mengonsumsi yang alkaloid ini terdapat efek samping yang berbahaya? Kalau ada apa yang menyebabkannya itu berbahaya ?

Jumat, 14 September 2018

FLAVONOID


A. Asal – usul Flavanoid
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, namun ada tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin (dari bahasa Yunani anthos , bunga dan kyanos, biru-tua) adalah pigmen berwarna yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah, ungu, dan biru . Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian tumbuhan lain misalnya, buah tertentu, batang, daun dan bahkan akar. Flavonoid sering terdapat di sel epidermis. Sebagian besar flavonoid terhimpun di vakuolasel tumbuhan walaupun tempat sintesisnya ada di luar vakuola.
Flavonoid merupakan senyawa fenol alami terbesar. Penyebarannya di alam, kegunaannya dalam kehidupan menjadikan flavonoid adalah senyawa kimia organik yang penting. Senyawa flavonoid adalah senyawa C15 yang terbentuk 2 senyawa fenol yang terhubung dengan 3 unit karbon. Karakteristik dari siklik A adalah pola dari phloroglucinol atau resorcinol hydroxylation dan siklik B biasanya 4-, 3.4-, atau 3,4,5-hydroxylated. (Geissman, 1969) 
Ilmu kimia senyawa-senyawa fenol yang ditemukan di alam mengalami kemajuan yang pesat setelah Kekule berhasil menetapkan struktur cincin aromatic.Bahkan, struktur dari beberapa senyawa fenol telah dapat ditetapkan sejak abad ke-19.Oleh karena itu, ilmu kimia senyawa-senyawa fenol kadang-kadang dianggap sudah usang.Akan tetapi topic-topik yang menarik mengenai senyawa-senyawa itu terus menerus muncul dengan adanya penemuan-penemuan baru.Dengan demikian, senyawa-senyawa fenol dapat dianggap sebagai cabang dari ilmu kimia bahan alam yang terus berkembang.Sifat-sifat kimia dari senyawa fenol adalah sama, akan tetapi dari segi biogenetic senyawa-senyawa ini dapat dibedakan atas dua jenis utama, yaitu:
1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat.
2. Senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat.
Ada juga senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur biosintesa ini yaitu senyawa-senyawa flanonoida.Tidak ada benda yang begitu menyolok seperti flavonoida yang memberikan kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam.Flavin memberikan warna kuning atau jingga, antodianin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau.Secara biologis flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan tanaman oleh serangga.Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit sehingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu.Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di alam.Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas nutrisi makanan.Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid tertentu. Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan proses evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam pertahanan diri terhadap hama, penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan mikrobia, dormansi biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai jalur transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan. Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang Amerika bernama Gyorgy (1936).Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan ekstrak vitamin C (asam askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati penderita pendarahan kapiler subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum anunuum serta Citrus limon juga dapat menyembuhkan pendarahan kapiler subkutan. Mekanisme aktivitas senyawa tersebut dapat dipandang sebagai fungsi alat komunikasi (molecular messenger} dalam proses interaksi antar sel, yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap proses metabolisme sel atau mahluk hidup yang bersangkutan, baik bersifat negatif (menghambat) maupun bersifat positif (menstimulasi).
a.    Pengertian dan Kerangka Dasar Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C 6 -C 3 -C 6 , yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga dapat ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan (Markham, 1988). Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C 6 -C 3 -C 6 , artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C 6 (cincin benzena tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon (Robinson, 1995).
Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan cincin hetero siklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Golongan terbesar flavonoid berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga karbon dengan salah satu dari cincin benzena. Sistem penomoran flavonoid dapat dilihat pada gambar 1.







b. Penggolongan dan Struktur flavonoid

Penggolongan jenis flavonoid dalam jaringan tumbuhan mula-mula didasarkan kepada telaah sifat kelarutan dan reaksi warna. Kemudian diikuti dengan pemeriksaan ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis, secara kromatografi satu arah, dan pemeriksaan ekstrak etanol secara dua arah. Akhirnya, flavonoid dapat dipisahkan dengan cara kromatografi. Komponen masing-masing diidentifikasi dengan membandingkan kromatografi dan spektrum, dengan memakai senyawa pembanding yang sudah dikenal. Senyawa baru yang sudah ditemukan sewaktu menelaah memerlukan pemeriksaan kimia dan spektrum yang lebih terinci (Harborne, 1996).
Struktur berbagai tipe atau golongan flavonoid bervariasi sesuai dengan kerangka dasar heterosiklik beroksigen yang dapat berupa gama piron, piran atau pirilium. Kecuali pada auron dan khalkon, siklisasi terjadi antara atom karbon didekat cincin benzen (B) dan satu gugus hidroksil cincin A. Kelas-kelas yang berlainan di flavonoid dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik oksigen dan juga hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan (Robinson, 1991).
Perbedaan di bagian rantai karbon nomor 3 menentukan klasifikasi dari senyawa flavonoid yaitu flavon, flavonol, flavanon, flavanonol, isoflavon, auron dan khalkon. Kerangka flavonoid cincin benzoil dan cinnamoil dapat dilihat pada gambar
2.  Kerangka dari tipe-tipe flavonoid dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 2. Kerangka flavonoid cincin benzoil dan cinnamoil (Mabry, et al., 1970)






c.   Ekstraksi dan isolasi senyawa flavonoid

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula, flavonoid merupakan senyawa polar dan seperti kata pepatah lama suatu golongan akan melarutkan golongannya sendiri, maka umumnya flavonoid larut cukupan dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF), air, dan lain-lain. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988).
Idealnya, untuk analisis fitokimia, harus digunakan jaringan tumbuhan segar. Beberapa menit setelah dikumpulkan, bahan tumbuhan harus dicemplungkan ke dalam alkohol mendidih. Kadang-kadang tumbuhan yang ditelaah tidak tersedia dan bahan mungkin harus disediakan oleh seorang pengumpul yang tinggal di benua lain. Dalam hal demikian, jaringan yang diambil segar harus disimpan kering di dalam kantung plastik, dan biasanya akan tetap dalam keadaan baik untuk dianalisis setelah beberapa hari dalam perjalanan dengan pos udara (Harborne, 1996).
Pada prosedur ekstraksi terdapat jalan pintas yang dapat dipelajari dari pengalaman. Misalnya, bila mengisolasi kandungan dari jaringan daun, yang larut dalam air, seharusnya lipid dihilangkan pada tahap dini sebelum pemekatan, yaitu dengan mencuci ekstrak berulang-ulang dengan eter minyak bumi. Kenyataannya, bila ekstrak etanol diuapkan dengan penguap putar, hampir semua klorofil dan lipid melekat pada dinding labu. Dengan keterampilan, pemekatan dapat dilakukan tepat sampai suatu saat tertentu sehingga larutan air yang pekat dapat dipipet hampir tanpa mengandung cemaran lemak (Harborne, 1996).
PERMASALAHAN
1.      bagaimana proses penyerangan flavonoid terhadap peptide glikan padahal peptida glikan ada bersamaan dengan bakteri itu sendiri ?
2.     Bagaimana proses kerja flavonoid mengatasi anti-allergic, anti-kobaran, anti-mikroba dan anti kanker ?
3.     Kita ketahui bahwa pada tumbuhan yang mengandung flavonoid bisa digunakan untuk obatan tradisional , apakah dalam mengonsumsinya berlebihan bisa mengakibatkan efek samping yang berbahaya ?






FENIL PROPANOID

Asal Usul Fenilpropanoid Fenilpropanoid merupakan suatu kelompok senyawa fenolik alam yg berasal dari asam amino aromatik fenilalanin ...