1.
Asal-usul Alkoloid
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis
yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang kayasumber alam terutama
tumbuh-tumbuhan yang sangat beraneka ragam. Beberapa jenis tumbuhan digunakan
sebagai ramuan obat yang penggunaanya didasarkansecara turun-temurun maka para
peneliti kimia telahmelakukan penyelidikan terhadap kandungan kimia tanaman
tersebut. Ilmu yang mempelajari zat yangberkhasiat dalam tumbuhan meliputi
identifikasi, isolasi serta penetapan kadarnya dikenal dengan ilmu fitokimia.
Sejarah alkaloid hampir setua peradaban manusia. Manusia telah
menggunakan obat-obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman, kedokteran, teh
dan racun. Obat-obat yang pertama ditemukan secara kimia adalah opium, getah
kering Apium Papaver somniferum. Opium telah digunakan sebagai
obat-obatan dan sifatnya sebagai analgetik dan narkotik sudah diketahui. Pada
tahun 1803, Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama
narkotin. Seturner pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap
opium dapat berhasil mengisolasi morfin. Selain itu, pada tahun 1817-1820 di
Laboratorium Pelletier dan Caventon di Fakultas Farmasi di Paris, melanjutkan
penelitian dibidang kimia alkaloid yang menakjubkan. Diantara alkaloid yang
diperoleh dalam waktu singkat tersebut adalah Stikhnin, Emetin, Brusin,
Piperin, kaffein, Quinin, Sinkhonin dan Kolkhisin.
Menurut Cordell (1981), sebagian besar sumber alkaloid adalah tanaman berbunga
(angiospermae). Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah
liliaceae, solamae, solanace dan rubiacea. Karena alkaloid sebagai suatu
kelompok senyawa yang terdapat sebagian besar pada tanaman berbunga, maka para
ilmuwan sangat tertarik pada sistematika aturan tanaman. Kelompok tertentu
alkaloid dihubungkan dengan famili tanaman tertentu.
2.
Pengertian Alkaloid
Alkaloida adalah golongan senyawa organik yang banyak
ditemukan di alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroba.
Senyawa ini mengandung sebuah atom nitrogen yang bersifat basa lemah, mempunyai
cincin nitrogen yang sebagian besar heterosiklik yang bersifat aktif dan
mempunyai efek fisiologis. Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam
mempunyai efek fisiologis tertentu. Oleh karena itu alkaloid
digunakan sebagai obat diantaranya atropin sebagai obat kejang, kokain sebagai
obat bius, reserpin sebagai obat penenang.
3.
Sifat-sifat Alkaloid
Alkaloid mempunyai beberapa sifat, diantaranya sebagai
berikut :
1. Mengandung atom nitrogen yang
umumnya berasal dari asam amino.
2. Berupa padatan kristal yang halus
dengan titik lebur tertentu yang bereaksi dengan asam membentuk garam.
3. Alkaloid berbentuk cair dan
kebanyakan tidak berwarna.
4. Dalam tumbuhan alkaloid berada
dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau dalam bentuk garamnya.
5. Umumnya mempunyai rasa yang pahit.
6. Alkaloid dalam bentuk bebas tidak
larut dalam air, tetapi larut dalamkloroform, eter dan pelarut organik lainnya
yang bersifat relative non polar.
7. Alkaloid dalam bentuk garamnya
mudah larut dalam air, contohnya Strychnine HCl lebih larut dalam air daripada
bentuk basanya.
8. Alkaloid bebas bersifat basa
karena adanya pasangan elektron bebas, garam pada atom N-nya.
4. Sumber
Alkaloid
Sumber alkaloid adalah tanaman berbunga, angiosperma
(famili Leguminoceae, Rubiaceae, Solanaceae) dan tumbuhan monokotil
(famili Solanaceae dan Liliaceae).
Pada tahun-tahun berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid
terdapat pada hewan. Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah
Liliaceae, Solanaceae dan Rubiaceae. Famili tanaman yang tidak lazim mengandung
alkaloid adalah Papaveraceae. Di dalam tanaman yang mengandung alkaloid,
alkaloid mungkin terdapat pada bagian tertentu dari tanaman. Namun ada bagian
tertentu dari tanaman tidak mengandung alkaloid.
5.
Kegunaan Alkaloid
Kegunaan alkaloid antara lain sebagai berikut :
1. Alkaloid berfungsi sebagai hasil
buangan nitrogen seperti urea dan asam urat hewan.
2. Alkaloid berguna sebagai tendon
penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami
metabolisme.
3. Alkaloid dapat melindungi tumbuhan
dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai
pengatur tumbuh, dimana ada sebagian alkaloid yang merangsang perkecambahan dan
ada sebagian yang menghambat.
5. Alkaloid dapat mengganti basa
mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan.
6. struktur alkaloid
Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara
yaitu :
1.Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan
bagian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat
dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloida pirolidin, alkaloida piperidin,
alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin dan alkaloida indol. Struktur
masing-masing alkaloida tersebut adalah sebagai berikut :
2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan.
Cara ini digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama ditemukan
pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas
beberapa jenis yaitu alkaloida tembakau, alkaloida amaryllidaceae, alkaloida
erythrine dan sebagainya.
Cara ini mempunyai kelemahan yaitu : beberapa alkaloida
yang berasal dari suatu tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur
yang berbeda-beda. Sebagian besar alkaloida mempunyai kerangka dasar polisiklik
termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang tidak
terlalu bervariasi. Atom nitrogen alkaloida hampir selalu berada dalam bentuk
gugus amin (-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam bentuk
gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedang substituen oksigen biasanya
ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksil (-OCH3) atau gugus metilendioksi
(-O-CH2-O). Substituen - substituen oksigen ini dan gugus N-metil merupakan ciri
sebagian besar alkaloida.
7. SKRINING FITOKIMIA/REAKSI PENGENALAN
Uji Alkaloid dilakukan
dengan metode Mayer,Wagner dan Dragendorff. Sampel sebanyak 3 mL diletakkan
dalam cawan porselin kemudian ditambahkan 5 mL HCl 2 M , diaduk dan kemudian
didinginkan pada temperatur ruangan. Setelah sampel dingin ditambahkan 0,5 g
NaCl lalu diaduk dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan HCl 2 M
sebanyak 3 tetes , kemudian dipisahkan menjadi 4 bagian A, B, C, D. Filtrat A
sebagai blangko, filtrate B ditambah pereaksi Mayer, filtrat C ditambah
pereaksi Wagner, sedangkan filtrat D digunakan untuk uji penegasan. Apabila
terbentuk endapan pada penambahan pereaksi Mayer dan Wagner maka identifikasi
menunjukkan adanya alkaloid. Uji penegasan dilakukan dengan menambahkan amonia
25% pada filtrat D hingga PH 8 - 9. Kemudian ditambahkan kloroform, dan
diuapkan diatas waterbath. Selanjutnya ditambahkan HCl 2M, diaduk dan disaring.
Filtratnya dibagi menjadi 3 bagian. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B diuji
dengan pereaksi Mayer, sedangkan filtrate C diuji dengan pereaksi Dragendorff.
Terbentuknya endapan menunjukkan adanya alkaloid.
8.
Isolasi dan Identifikasi Alkaloid
1 Isolasi Alkaloid
Alkaloid dapat diisolasi melalui metode ekstraksi antara
lain :
1. Soxhletasi
Soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru,
umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan
dengan adanya pendingin balik (kondensor). Disini sampel disimpan dalam alat
soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan pelarut dalam wadah yang di
panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut terdinginkan dalam
kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi sampel.
Prinsip
soxhletasi :
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga
menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan
penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan
jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak
noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan
metode ini adalah :
a. Dapat digunakan untuk sampel
dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
b. Digunakan pelarut yang lebih
sedikit
c. Pemanasannya dapat diatur
Kerugian metode
ini adalah:
a. Karena pelarut didaur ulang,
ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga
dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
b. Jumlah total senyawa-senyawa yang
diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat
mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya.
c. Bila dilakukan dalam skala
besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang
terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di
bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut
yang efektif.
Gambar
1. Alat soxhlet
2.
Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur
titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk mengektraksi
bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan.
Prinsip
refluks:
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu
dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat,
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian
seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna,
penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan metode
ini adalah :
Digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai
tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.
Kerugian
metode ini adalah :
Membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator.
Gambar
2. Alat refluks
2
Identifikasi Alkaloid
Identifikasi alkaloid dapat
dilakukan dengan reaksi-reaksi berikut :
a. Reaksi Pengendapan
1. Reaksi Dragendorf
Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri
klorida dalam nitrit berair. Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi
dragendorf maka akan menghasilkan endapan jingga.
2. Reaksi Meyer
Pereaksi meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Ketika sampel
ditambah pereaksi meyer maka akan timbul endapan kuning atau larutan kuning
bening lalu ditambah alkohol endapannya larut. Tidak semua alkaloid mengendap
dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung
pada rumus bangun alkoloidnya.
3. Reaksi Bauchardat
Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood.
Sampel ditambah pereaksi bauchardat menghasilkan endapan coklat merah lalu
ditambah alkohol endapannya larut.
b. Reaksi Warna
1. Reaksi dengan asam kuat
Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3pekat
menghasilkan warna kuning atau merah.
2. Reaksi Marquis
Pereaksi marquis mengandung formaldehid (1 bagian) dan H2SO4 pekat
(9 bagian). Sampel ditambah pereaksi marquis akan menghasilkan warna jingga.
3. Reaksi Warna
AZO
Sampel ditambah diazo A (4 bagian) dan diazo B (1 bagian), ditambah NaOH,
dipanaskan lalu ditambah amyl alkohol menghasilkan warna merah.
Alkaloid terdiri dari beberapa jenis. Adapun untuk identifikasi jenis alkaloid
lainnya bisa menggunakan reaksi berikut diantaranya :
Reaksi
untuk alkaloid benzil isokuinolon contohnya morfin
1. Reaksi Frohde
Pereaksi frohde mengandung larutan 1% NH4molibdat dalam H2SO4 pekat.
Sampel ditambah pereaksi frohde menghasilkan warna kuning kehijauan.
2. Reaksi Mandelin
Pereaksi mandelin mengandung amonium vanadat dalam air ditambah H2SO4 pekat.
Sampel ditambah pereaksi mandelin berwarna kuning kehijauan.
Selain itu, identifikasi alkaloid bisa juga dengan menggunakan pereaksi erlich
(p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna biru atau abu-abu
hijau untuk alkaloid ergot.
PERMASALAHAN :
1.
apakah
yang menyebabkan sifat basa dari alkaloid? dan apakah semua alkaloid brsifat
basa?
2.
Pada saat
mengisolasi alkaloid dari suatu sampel, alkaloid diekstrak dengan menggunakan
pelarut tertentu. Pelarut jenis apa yang umum digunakan dalam mengisolasi
alkaloid?
3.
Apakah dalam
mengonsumsi yang alkaloid ini terdapat efek samping yang berbahaya? Kalau ada
apa yang menyebabkannya itu berbahaya ?
Baiklah nadia saya akan menjawab permasalahan anda no 1 :Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan biasanya berupa sistem siklis. Alkaloid mengandung atom karbon, hidrogen, nitrogen dan pada umumnya mengandung oksigen dalam ilmu kimia analisis dinamakan senyawa dengan gugus C, H O dan N.
BalasHapusKebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
Menjawab permasalahan kedua, Dengan menarik menggunakan pelarut-pelarut organik berdasarkan azas Keller. Yaitu alkaloida disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik. Prinsip pengerjaan dengan azas Keller yaitu alkaloida yang terdapat dalam suatu bakal sebagai bentuk garam, dibebaskan dari ikatan garam tersebut menjadi alkaloida yang bebas. Untuk itu ditambahkan basa lain yang lebih kuat daripada basa alkaloida tadi. Alkaloida yang bebas tadi diekstraksi dengan menggunakan pelarut –pelarut organic misalnya Kloroform. Tidak dilakukan ekstraksi dengan air karena dengan air maka yang masuk kedalam air yakni garamgaram alkaoida dan zat-zat pengotor yang larut dalam air, misalnya glikosida-glikosida, zat warna, zat penyamak dan sebagainya. Yang masuk kedalam kloroform disamping alkaloida juga lemaklemak, harsa dan minyak atsiri. Maka setelai alkaloida diekstraksi dengan kloroform maka harus dimurnikan lagi dengan pereaksi tertentu. Diekstraksi lagi dengan kloroform. Diuapkan, lalu didapatkan sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur maupun amorf. Ini tidak berate bahwa alkaloida yang diperoleh dalam bentuk murni, alkaloida yang telah diekstaksi ditentukan legi lebih lanjut. Penentuan untuk tiap alkaloida berbeda untuk tiap jenisnya. Hal-hal yang harus diperhatikan pada ekstraksi dengan azas Keller, adalah :
BalasHapusa. Basa yang ditambahkan harus lebih kuat daripada alkaloida yang akan dibebaskan dari ikatan garamnya, berdasarkan reaksi pendesakan.
b. Basa yang dipakai tidak boleh terlalu kuat karena alkaloida pada umumnya kurang stabil.
c. Setelah bebas, alkaloida ditarik dengan pelarut organik tertentu, tergantung kelarutannya dalam pelarut organik tersebut.
Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstaksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter dan sebagainya. Radas untuk ekstraksi sinabung dan pemekatan khusunya digunakan untuk alkaloid yang tidak tahan panas. Beberapa alkaloid menguap seperti,nikotina dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutanmyang diabasakan. Larutan dalam air yang bersifat asam danmmengandung alkaloid dapat dibasakan dan alkaloid diekstaksim dengan pelarut organik , sehingga senyawa netral dan asam yang mudah larut dalam air tertinggal dalam air. Cara lain yang berguna untuk memperoleh alkaloid dari larutan asam adalah dengan penjerapan menggunakan pereaksi Lloyd. Kemudian alkaloid dielusi dengan dammar XAD-2 lalu diendapkan dengan pereaksi Mayer atau Garam Reinecke dan kemudian endapan dapat dipisahkan dengan cara kromatografi pertukaran ion. Masalah yang timbul pada beberapa kasus adalah bahwa alkaloid berada dalam bentuk terikat yang tidak dapat dibebaskan pada kondisi ekstraksi biasa. Senyawa pengkompleksnya barangkali polisakarida atau glikoprotein yang dapat melepaskan alkaloid jika diperlakukan dengan asam.
Baiklah saya akan menjawab permasalahan no 3, menurut saya segala sesuatu yang di lakukan secara berlebihan memiliki efek sampingnya, untuk senyawa alkaloid jika di konsumsi secara berlebihan tentunya berefek samping Menjawab masalah pertama Alkaloid sesungguhnya adalah racun, contohnya saja golongan tropan yaitu tropin jika di konsumsi berlebihanNamun ada beberapa efek samping yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut:
BalasHapusKering pada mulut dan hidung.
Meningkatnya detak jantung.
Detak jantung tidak teratur.
Kesulitan buang air kecil.
Pusing.
Kantuk.
Midriasis.
Palpitasi.
Takikardia.
Saya akan menjawab soal no 1 Semua alkaloid mengandung paling sedikit sebuah nitrogen yang biasanya bersifat basa dan sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Batasan mengenai alkaloid seperti dinyatakan di atas perlu dikaji dengan hati-hati. Karena banyak senyawa heterosiklik nitrogen lain yang ditemukan di alam bukan termasuk alkaloid. Misalnya pirimidin dan asam nukleat, yang kesemuanya itu tidak pernah dinyatakan sebagai alkaloid.
BalasHapusa. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklikDimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini adalah :
1. Alkaloid Piridin-Piperidin
Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk
dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana
tabacum dari famili Solanaceae.
2. Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae)
3. Alkaloid Quinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap Plasmodium vivax
4. Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora
5. Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk penyakit Leukimia dan Hodgkin‟s.
6. Alkaloid Imidazol
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua.
7. Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (fam : Leguminocaea).
8. Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus.
9. Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae)
10. Alkaloid Purin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao.
Saya ingin mencoba menanggapi permasalahan kedua saudara
BalasHapuspelatut yang biasa digunakan adalah pelarut yang bersifat non polar karena Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalamkloroform, eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relative non polar. Tidak dilakukan ekstraksi dengan air karena dengan air maka yang masuk kedalam air yakni garamgaram alkaoida dan zat-zat pengotor yang larut dalam air, misalnya glikosida-glikosida, zat warna, zat penyamak dan sebagainya.
Alkaloid biasanya diisolasi dari tumbuhannya dengan menggunakan metode ekstraksi. Pelarut yang digunakan ketika mengekstraksi campuran senyawanya yaitu molekul air yang diasamkan. Pelarut ini akan mampu melarutkan alkaloid sebagai garamnya. Selain itu juga dapat membasakan bahan tumbuhan yang mengandung alkaloid dengan menambahkan natrium karbonat. Basa yang terbentuk kemudian dapat diekstraksi dengan pelarut organic seperti seperti kloroform atau eter.
baik saya akan menjawab permasalahan no 2
BalasHapusAlkaloid biasanya diisolasi dari tumbuhan dengan menggunakan metode ekstraksi. Pelarut yang digunakan ketika mengekstraksi campuran senyawanya yaitu molekul air yang diasamkan. Pelarut ini akan mampu melarutkan alkaloid sebagai garamnya. Selain itu juga dapat membasakan bahan tumbuhan yang mengandung alkaloid dengan menambahkan Natrium Karbonat. Basa yang terbentuk kemudian dapat diekstraksi dengan pelarut organik seperti kloroform atau eter
Untuk alkaloid yang bersifat tidak tahan panas, isolasi dapat dilakukan menggunakan teknik pemekatan dengan membasakan larutannya terlebih dahulu. Dengan menggunakan teknik ini maka alkaloid akan menguap dan selanjutnya dapat dimurnikan dengan metode penyulingan uap.
Metode ini biasanya dilakukan untuk pemurnian senyawa nikotin. Sedangkan untuk larutan alkaloid dalam air yang bersifat asam maka larutannya harus dibasakan terlebih dahulu. Selanjutnya alkaloid dapat diekstraksi dengan menggunakan pelarut organik.
saya ingin menjawab pertanyaan nomor 1, Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan biasanya berupa sistem siklis.Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa.
BalasHapussaya ingin mencoba menanggapi permasalahan ke 3 saudari
BalasHapusSebut saja senyawa morfin yang dihasilkan dari getah opium, dalam perkembangannya ditemukan memiliki beberapa varian lain yang ternyata secara kimiawi bisa dibentuk dan atau terbentuk dalam kondisi sifat kimia dan fisik yang stabil. Begitu juga perkembangan yang ada pada THC di dalam cannabis, cocaine pada daun koka serta berbagai varian dari senyawa kimia di dalam tanaman peyote atau kaktus dan efedra.
Secara sederhana, sifat halusinasi dari senyawa alkaloid, sebagaimana diuraikan pada definisi sederhana di atas dikarenakan oleh adanya unsur N, yang bersifat sangat reaktif terhadap Oksigen. Akibat sifat reaktif tersebutlah kemudian kondisi reaksi dari setiap jenis alkaloid tersebut dianarsirkan pada respon syaraf bauk manusia maupun hewan uji lainnya untuk menetapkan dampak psikis dan biologis yang diterima jika mengkonsumsinya.